A. Batasan-Batasan
Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak
selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki
karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
- Timbul pada hari kedua-ketiga
- Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
- Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
- Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
- Ikterus hilang pada 10 hari pertama
- Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar
Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai
hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan
Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan,
dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat
perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum,
Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada
dasar Ventrikulus IV.
B. Etiologi
- Peningkatan produksi :
- Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
- Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
- Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
- Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
- Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid).
- Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
- Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
- Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
- Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis.
- Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
- Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
C . Metabolisme
Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus
mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang larut dalam lemak menjadi
Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah
konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah
tempat ikatan Albumin (Albumin binding site).
Pada bayi yang normal dan
sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan menghasilkan Enzim
Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin tidak mencapai
tingkat patologis.
D. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh
dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian yang sering ditemukan adalah
apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal
ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit,
Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma
juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi
apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis.
Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini
akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan
pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut
dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak
apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi
pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf
pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih
dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin
melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan
neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak
apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan
Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).
E. Penata Laksanaan Medis
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen
bayi dengan Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi
efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
- Menghilangkan Anemia
- Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
- Meningkatkan Badan Serum Albumin
- Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada
Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti, Infus Albumin
dan Therapi Obat.
Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri
atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk menurunkan Bilirubin.
Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a boun of
fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan
Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara
memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika
cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua
isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke
pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan
dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu
dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses
konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk
ketika sinar mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam
pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab
Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus
diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan
berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi
Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan
Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat
Badan Lahir Rendah.
Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat
diindikasikan adanya faktor-faktor :
- Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
- Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
- Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
- Tes Coombs Positif
- Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
- Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
- Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
- Bayi dengan Hidrops saat lahir.
- Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi
hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi Bilirubin dan
mengekresinya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa
hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada
post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
Colistrisin dapat mengurangi
Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus
Enterohepatika.
Penggolongan Hiperbilirubinemia
berdasarkan saat terjadi Ikterus:
Ikterus yang timbul pada 24 jam
pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam
pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun sbb:
- Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
- Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-kadang Bakteri)
- Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan:
- Kadar Bilirubin Serum berkala.
- Darah tepi lengkap.
- Golongan darah ibu dan bayi.
- Test Coombs.
- Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi Hepar bila perlu.
Ikterus yang timbul 24
- 72 jam sesudah lahir.
- Biasanya Ikterus fisiologis.
- Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.
- Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih mungkin.
- Polisetimia.
- Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis, pendarahan Hepar, sub kapsula dll).
Bila keadaan bayi baik dan
peningkatannya cepat maka pemeriksaan yang perlu dilakukan:
- Pemeriksaan darah tepi.
- Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.
- Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.
- Pemeriksaan lain bila perlu.
Ikterus yang timbul sesudah 72 jam
pertama sampai akhir minggu pertama.
- Sepsis.
- Dehidrasi dan Asidosis.
- Defisiensi Enzim G6PD.
- Pengaruh obat-obat.
- Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.
Ikterus yang timbul pada akhir
minggu pertama dan selanjutnya:
- Karena ikterus obstruktif.
- Hipotiroidisme
- Breast milk Jaundice.
- Infeksi.
- Hepatitis Neonatal.
- Galaktosemia.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu
dilakukan:
ASUHAN KEPERAWATAN
Untuk memberikan keperawatan yang
paripurna digunakan proses keperawatan yang meliputi Pengkajian, Perencanaan,
Pelaksanaan dan Evaluasi.
Pengkajian
Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu
dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan
dan ASI.
Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi,
Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui yang lemah, Iritabilitas.
Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan
dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan
dengan anak.
Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan,
perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama,
tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy Smith
Greenberg. 1988)
2. Diagnosa, Tujuan , dan Intervensi
Berdasarkan pengkajian di atas dapat
diidentifikasikan masalah yang memberi gambaran keadaan kesehatan klien dan
memungkinkan menyusun perencanaan asuhan keperawatan. Masalah yang
diidentifikasi ditetapkan sebagai diagnosa keperawatan melalui analisa dan
interpretasi data yang diperoleh.
Diagnosa Keperawatan : Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak
adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat
Intervensi : Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit,
pantau intake output, beri air diantara menyusui atau memberi botol.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek
fototerapi
Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu antara
35,5° – 37° C, cek tanda-tanda vital tiap 2 jam.
- Diagnosa Keperawatan : Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare
Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan
indirek , rubah posisi setiap 2 jam, masase daerah yang menonjol, jaga
kebersihan kulit dan kelembabannya.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan
Tujuan : Orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku “Attachment” ,
orang tua dapat mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.
Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk disusui, buka tutup mata saat
disusui, untuk stimulasi sosial dengan ibu, anjurkan orangtua untuk mengajak
bicara anaknya, libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan, dorong
orang tua mengekspresikan perasaannya.
Diagnosa Keperawatan : Kecemasan meningkat sehubungan dengan therapi yang
diberikan pada bayi.
Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat
mengidentifikasi gejala-gejala untuk menyampaikan pada tim kesehatan
Intervensi :
Kaji pengetahuan keluarga klien,
beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan perawatannya.
Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah.
- Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan efek fototherapi
Tujuan : Neonatus akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda
gangguan akibat fototherapi
Intervensi :
Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm
dari sumber cahaya, biarkan neonatus dalam keadaan telanjang kecuali mata dan
daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya;
usahakan agar penutup mata tida menutupi hidung dan bibir; matikan lampu, buka
penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam; buka penutup mata
setiap akan disusukan; ajak bicara dan beri sentuhan setiap
- Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan tranfusi tukar
Tujuan : Tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
Catat kondisi umbilikal jika vena
umbilikal yang digunakan; basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum
melakukan tindakan, neonatus puasa 4 jam sebelum tindakan, pertahankan suhu
tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan Rhesus serta darah yang akan
ditranfusikan adalah darah segar; pantau tanda-tanda vital; selama dan sesudah
tranfusi; siapkan suction bila diperlukan; amati adanya ganguan cairan dan
elektrolit; apnoe, bradikardi, kejang; monitor pemeriksaan laboratorium sesuai
program.
Aplikasi Discharge Planing.
Pertumbuhan dan perkembangan serta
perubahan kebutuhan bayi dengan hiperbilirubin (seperti rangsangan, latihan,
dan kontak sosial) selalu menjadi tanggung jawab orang tua dalam memenuhinya
dengan mengikuti aturan dan gambaran yang diberikan selama perawatan di Rumah
Sakit dan perawatan lanjutan dirumah.
Faktor yang harus disampaikan agar
ibu dapat melakukan tindakan yang terbaik dalam perawatan bayi
hiperbilirubinimea (warley &Wong, 1994):
- Anjurkan ibu mengungkapkan/melaporkan bila bayi mengalami gangguan-gangguan kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis, nafsu menyusui menurun.
- Anjurkan ibu untuk menggunakan alat pompa susu selama beberapa hari untuk mempertahankan kelancaran air susu.
- Memberikan penjelasan tentang prosedur fototherapi pengganti untuk menurunkan kadar bilirubin bayi.
- Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal mencegah peningkatan bilirubin.
- Mengajarkan tentang perawatan kulit :
- Memandikan dengan sabun yang lembut dan air hangat.
- Siapkan alat untuk membersihkan mata, mulut, daerah perineal dan daerah sekitar kulit yang rusak.
- Gunakan pelembab kulit setelah dibersihkan untuk mempertahankan kelembaban kulit.
- Hindari pakaian bayi yang menggunakan perekat di kulit.
- Hindari penggunaan bedak pada lipatan paha dan tubuh karena dapat mengakibatkan lecet karena gesekan
- Melihat faktor resiko yang dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti penekanan yang lama, garukan .
- Bebaskan kulit dari alat tenun yang basah seperti: popok yang basah karena bab dan bak.
- Melakukan pengkajian yang ketat tentang status gizi bayi seperti : turgor kulit, capilari reffil.
Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah :
- Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38 ° celsius)
- Perawatan tali pusat / umbilikus
- Mengganti popok dan pakaian bayi
- Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak dengan sesuatu yang baru
- Temperatur / suhu
- Pernapasan
- Cara menyusui
- Eliminasi
- Perawatan sirkumsisi
- Imunisasi
- Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :
- letargi ( bayi sulit dibangunkan )
- demam ( suhu > 37 ° celsius)
- muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)
- diare ( lebih dari 3 x)
- tidak ada nafsu makan.
- Keamanan
- Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau, gunting) yang mudah dijangkau oleh bayi / balita.
- Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya
- Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan mobil atau sarana lainnya.
- Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara – saudaranya.
RENCANA
PEMULANGAN POST PARTUM
(DISCHARGE
PLANNING)
1.
Pendahuluan
Beberapa tahun terakhir ini sistem perawatan dan pengobatan
telah berubah. Perawatan klien di rumah sakit saat ini diusahakan untuk
mengurangi biaya perawatan dan memberi kesempatan pada pasien lain yang
lebih membutuhkan. konsekuensinya, tim kesehatan harus membantu klien benar-benar
memahami status kesehatannya dan harus mampu menyiapkan klien merawat dirinya
sendiri di rumah atau di masyarakat.
Pendekatan perawatan klien selama
post partum juga berubah. Klien tidak dianggap lagi orang sakit, tetapi
dianggap suatu proses yang alami dan mereka dianggap sehat. Oleh karena itu
klien harus secepatnya mobilisasi dan mandiri dalam merawat dirinya sendiri.
Waktu perawatan juga berubah, menjadi lebih singkat, bisa hanya 24 jam sampai
72 jam saja. Dalam waktu yang sesingkat mungkin, klien dan keluarganya harus
dibekali pengetahuan, ketrampilan dan informasi tempat rujukan sehingga klien
mampu merawat dirinya sendiri.
Perawatan yang diberikan merupakan
usaha kolaborasi yang melibatkan ibu dan keluarga, perawat, dokter dan tim
kesehatan lainnya, untuk mencapai kesehatan yang optimal. Untuk semua alasan di
atas maka rencana pemulangan pasien post partum sangat penting karena :
- Memudahkan pemantauan kesehatan setelah pasien pulang ke rumah.
- Membuat pasien lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya.
- Berkurangnya biaya pengobatan dan perawatan, tempat tidur dapat diisi pasien lain
- Penggunaan rencana pemulangan tertulis sangat efektif untuk pedoman pengajaran dan evaluasi serta menjadi sumber pengetahuan ibu dan keluarga.
Bagi klien post partum, pemulihan
kesehatan setelah melahirkan relatif singkat dan dianggap suatu proses sehat.
Persepsi ini sering kali membuat tim kesehatan berpendapat bahwa ibu dan
keluarga tidak mempunyai kebutuhan dan pelatihan yang khusus, ditambah lagi ada
anggapan bahwa keluarga sedang berbahagia dan siap menerima bayinya. Anggapan
ini tentunya tidak benar karena setiap keluarga post pertum mempunyai kebutuhan
dan masalah tertentu, ibu-ibu primipara bingung dalam merawat dan beradaptasi
dengan bayi dan peran barunya, sedangkan ibu-ibu multipara mungkin bingung
dengan masalah keuangan, anak-anak yang lain serta berhubungan dengan datangnya
anggota baru. Jadi pendekatan dan perhatian dan sikap tim kesehatan, harus sama
dengan kedua kelompok ini. Pada masa perawatan post partum di rumah sakit
inilah mereka menerima
pengajaran dan bimbigan untuk
mengantisipasi perubahan fisik dan suasana dalam keluarga di rumah nanti.
Karena kebanyakan ibu dirawat dalam
waktu singkat, maka penting bagi perawat mempersiapkan klien secara sistematis.
Seringkali digunakan paduan format-format. Sebelum ibu pulang sebaiknya rencana
pemulangan sudah dipersiapkan dan perawat masih tetap menyediakan waktu untuk
penguatan dan evaluasi pengetahuan, ketrampilan, dan kondisi mental seluruh
keluarga. Mengingat luasnya dan kompleksnya perawatan terhadap klien post
partum, maka kelompok mambatasi permasalahannya tentang pendidikan kesehatan
pada klien post partum.
Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memberikan gambaran yang lebih jelas kepada perawat dan tenaga kesehatan
lainnya mengenai rencana pemulangan klien post partum, hal ini akan diuraikan
dalam makalah.
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Rencana Pemulangan
Rencana Pemulangan (RP) merupakan
bagian pelayanan perawatan, yang bertujuan untuk memandirikan klien dan mempersiapkan
orang tua untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional bayi bila pulang.
Waktu yang terbaik untuk memulai
rencana pulang adalah hari pertama masuk rumah sakit. Klien belum dapat
dipulangkan sampai dia mampu melakukan apa yang diharapkan darinya ketika di
rumah. Oleh karena itu Rencana Pemulangan harus didasarkan pada :
- Kemampuan klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan seberapa jauh tingkat ketergantungan pada orang lain
- Ketrampilan, pengetahuan dan adanya anggota keluarga atau teman
- Bimbingan perawat yang diperlukan untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan, pendidikan, dan pengobatan.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan
berkenaan dengan proses berencana untuk memulangkan klien adalah :
- Menentukan klien yang memerlukan rencana pulang.
- Waktu yang terbaik untuk memulai rencana pulang.
- Staf yang terlibat dalam rencana pulang.
- Cara yang digunakan dan evaluasi efektifitas dari rencana pulang.
Beberapa karakteristik yang harus
dipertimbangkan dalam membuat Rencana Pemulangan (RP) adalah :
- Berfokus pada klien. Nilai, keinginan dan kebutuhan klien merupakan hal penting dalam perencanaan. Klien dan keluarga harus berpartisipasi aktif dalam hal ini.
- Kebutuhan dasar klien pada waktu pulang harus diidentifikasi pada waktu masuk dan terus dipantau pada masa perawatan
- Kriteria evaluasi menjadi panduan dalam menilai keberhasilan implementasi dan evaluasi secara periodik.
- Rencana pemulangan suatu proses yang melibatkan tim kesehatan dari berbagai disiplin ilmu.
- Klien harus membuat keputusan yang tertulis mengenai rencana pemulangan.
Rencana penyuluhan didasarkan pada :
- Kebutuhan belajar orang tua.
- Prinsip belajar mengajar.
- Mengkaji tingkat pengetahuan dan kesiapan belajar.
- Metode belajar
- Kondisi fisik dan psikologis orang tua
- Latar belakang sosial budaya untuk proses belajar mengajar
- Tekankan bahwa merawat bayi bukan hanya kewajiban wanita
- Lamanya bayi dan ibu tinggal di rumah sakit
- “Early discharge” 6 – 8 jam I, dimana informasi penting harus diberikan serta follow up.
Cara-cara penyampaian Rencana
Pemulangan adalah :
- Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas.
- Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu perawatan.
- Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis
- Motivasi klien untuk mengikuti langkah-langkah tersebut dalam melakukan perawatan dan pengobatan.
- Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yang harus dilaporkan pada tim kesehatan.
- Berikan nama dan nomor telepon yang dapat klien hubungi.
Dasar-dasar rencana penyuluhan
- Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38 ° celsius)
- membersihkan mata dari dalam ke luar
- membersihkan kepala bayi (bayi masih berpakaian lalu keringkan)
- buka pakaian bayi, beri sabun dan celupkan ke dalam air.
- Perawatan tali pusat / umbilikus
- bersihkan dengan alkohol lalu kompres betadin
- tali pusat akan tanggal pada hari 7 – 10
- Mengganti popok dan pakaian bayi
- Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak dengan sesuatu yang baru
- Cara-cara mengukur suhu
- Memberi minum
- Pola eliminasi
- Perawatan sirkumsisi
IBU
Dalam rencana pemulangan yang perlu
dianjurkan antara lain :
- Pernapasan dada
- Bentuk tubuh, lumbal,dan fungsi otot-otot panggul
- Latihan panggul, evaluasi, gambaran dan ukuran yang menyenangkan
- Latihan penguatan otot perut
- Posisi nyaman untuk istirahat
- Permudahan gerakan badan dari berdiri ke jalan
- Tehnik relaksasi
- Pencegahan; jangan mengangkat berat, melakukan sit up secara berlebihan.
Daftar kegiatan sangat membantu
kondisi post partum kembali dalam keadaan sehat. Saat ibu kembali ke rumah,
secara bertahap akan kembali melakukan aktivitas normal. Pekerjaan rumah akan
membantu mencegah kekakuan otot-otot secara umum tetapi tidak akan melemahkan
kekuatan otot (Blankfield, 1967).
Ketika membantu klien untuk memilih
program latihan perawat seharusnya memperingatkan akan perubahan
muskuloskeletal yang akan kembali normal pada 6 – 8 minggu (Danforth,1967).
Selama periode ini, ligamen-ligamen akan lunak dan saling terpisah oleh karena
itu latihan-latihan memerlukan keregangan dan kekuatan otot-otot yang
berlebihan seperti halnya aerobik, lari, dan lai-lain harus dihindari selama
periode ini untuk mencegah ketegangan. Aktifitas yang aman seperti berjalan,
berenang dan bersepeda sangat dianjurkan. Seorang wanita dapat memulai latihan
atau Yoga 2 minggu setelah melahirkan pervaginam atau 4 – 6 minggu setelah
mengalami operasi caesar.
Secara ideal ini harus memiliki
seorang instruktur yang berpengalaman yang bertanggung jawab selama melatih ibu
post partum. Ibu biasanya mendapatlan kesulitan dalam mengatur waktu untuk
latihan atau melakukan tehnik relaksasi di rumah. Perawat harus membantu
mendorong ibu untuk istirahat ketika bayi sedang tidur dan mencoba untuk tidak
melakukan pekerjaan selama waktu itu.
Wanita biasanya kurang sabar dalam
hal merawat tubuhnya . Perawat harus mengingatkan bahwa selama masa menyusui
membutuhkan ekstra lemak dari tubuhnya, oleh karena itu nutrizi dan gizi yang
baik sangat dibutuhkan. Perawat harus meyakinkan ibu bahwa waktu yang
dibutuhkan seorang wanita untuk kembali pada tubuh yang normal setelah
persalinan sangan bervariasi dan prosesnya dapat berlangsung 6 – 12 bulan.
Daftar
Kepustakaan
Bobak and Jansen (1984), Etential of
Nursing. St. Louis : The CV Mosby Company
Hawkins, J.W. and Gorsine, B.
(1985), Post Partum Nursing, New York: Springen
Nelson J.P. and May, K.A.(1986),
Comprehensive Maternity Nursing. Philadelphia : J.B. Lippincot Company.
Reeder,S.J. et al.(1983), Maternity
Nursing, Philadelphia : J.B. Lippincot Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar